Sutanto
bukanlah pemain asing yang sudah malang melintang di persepakbolaan Indonesia.
Namanya pun belum sementereng pemain lokal lain macam Ponaryo Astaman atau
Hendra Adi Bayaw. Sutanto hanyalah pemain sepak bola yang berasal dari etnis
tionghoa. Yang membuat istimewa adalah Sutanto bisa dibilang sebagai pemain
sepakbola pertama yang berasal dari etnis tionghoa di era sepak bola modern ini.
Apakah
sebelum Sutanto Tan tidak ada pemain Indonesia yang berasal dari etnis tionghoa?
Jawabannya tentu saja ada tapi sudah lama sekali. Almarhum ronny Pattinasarani
pernah berucap bahwa pesepakbola etnis tionghoa tak punya penerus sejak
terakhir kali era Mulyadi dan surya Lesmana. Lantas bagaimana awal mula etnis
tionghoa bisa berpengaruh dalam persepakbolaan Indonesia?
Berawal dari POR hingga menuju
Prancis
Sepak
bola bukan hanya soal tendang menendang bola. Sepak bola pun dapat dijadikan
sebagai alat untuk mengekspresikan diri bagi suatu identitas bahkan etnis
sekalipun. Hal ini pun terjadi di persepak bolaan Indonesia dimana orang-orang
tionghoa menjadikan olahraga tersebut sebagai alat untuk menunjukkan bahwa
mereka tidak kalah dengan orang-orang Belanda pada zaman kolonial. Berbekal
pendidikan tinggi dan modal ekonomi yang terhitung mampu, para etnis tionghoa
tersebut kemudian mendirikan beberapa perkumpulan olahraga (POR) termasuk sepak
bola.
Dalam
perjalanannya POR tersebut kemudian lebih dikenal sebagai klub sepakbola. Tunas
Jaya, Maesa, Suryanaga, dan UMS (Union Makes Sternght) adalah beberapa klub
sepakbola yang berasal dari POR. Klub-klub inilah yang kemudian merajai jagad
sepak bola Hindia Belanda. Bahkan tim-tim sepak bola tionghoa saat itu lebih
baik ketimbang tim sepak bola yang didirikan oleh orang Belanda bahkan orang pribumi
itu sendiri. Puncak dari keberhasilan klub-klub sepak bola tionghoa ini adalah
hadirnya beberapa pemain etnis tionghoa dalam skuad piala dunia 1938 di
Prancis.
Dalam
skuad yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, para etnis tionghoa sudah
mengisi skuad tersebut. Nama-nama macam Tang Hong Djien, Bin Mo Heng, dan Tan
See Hanbahkan sudah dijadikan pemain inti bagi kesebelasan yang saat itu
dilatih oleh Johaness Mastenbroek itu. Sayang Hindia Belanda dihancurkan oleh
Hungaria dengan skor 0-6.
Kedekatan Dengan Poros Politik
Hingga Menahan Imbang Uni Soviet
Selepas
turnamen di Prancis tersebut, kehadiran etnis tionghoa dalam persepakbolaan
Indonesia pun semakin penting. Selain kesadaran dari etnis tionghoa yang
menjadikan sepakbola sebagai kurikulum dalam kehidupan berolahraga mereka, ada
satu hal lagi yang membuat saat itu etnis tionghoa begitu kental dengan persepakbolaan
Indonesia yaitu soal kedekatan pemimpin Indonesia saat itu yaitu Ir Soekarno
dengan negara-negara berpaham komunis seperti Uni Soviet dan Cina. Bahkan sepak
bola menjadi alat alat untuk menjalin hubungan bilateral dengan kedua negara
tersebut.
Pada
rezim tersebut, muncul nama-nama seperti Tan Liong Houw,, Harry Tjong, Lie Kang
An, Thio Him Tjiang, Kwee Kiat Sek, dan Beng Ing Hian yang kemudian menjadi
pilar kesebelasan Indonesia yang saat itu akan berjuang di Olimpiade Melbourne
1956. Namun, di tahun tersebut banyak kalangan yang menilai bahwa orang
tionghoa saat itu sudah tidak nasionalis lagi dalam bermain sepak bola.
Rasa
skeptis ini muncul karena pada saat itu Indonesia dua kali bertemu tiongkok
pada kualifikasi olimpiade 1956 dan kualifikasi piala dunia 1958.
Orang-orang saat itu merasa mereka semua
akan mengalah apabila bertemu dengan engara leluhurnya tersebut. Akan tetapi,
hal tersebut dibantah oleh Tan Liong Houw.
“Kami
siap mati di lapangan demi Indonesia lewat sepak bola. Jangan tanyakan masalah
nasionalisme orang-orang tionghoa.” Tutur Tan Liong Houw yang memiliki nama
Indonesia Latief Tanoto itu. Ucapan itu kemudian didukung oleh wartawan senior
Sumohadi Marsis yang mengatakan bahwa orang-orang tionghoa pada zaman itu
memang benar-benar bermain sepenuh hati.
Apa
yang diucapkan oleh wartawan senior Kompas
itu memang benar adanya. Dua pertandingan melawan tiongkok tersebut berhasil
dilewati Indonesia dengan kemenangan dimana salah satunya membawa Indonesia
berlaga di Olimpiade 1956 Melbourne. Dalam lanjutan Olimpiade ke 16 tersebut
Indonesia bahkan mampu lolos hingga babak perempat final dan menantang Uni
Soviet. Dalam pertandingan tersebut Latief Tanoto dkk mampu menahan imbang Uni
Soviet yang saat itu memiliki Lev Yashin sebagai penjaga gawang. Tanoto bahkan
bermain hingga berdarah-darah dan kaus kakinya robek karena berkali-kali
termakan permainan keras lawan.
Eksistensi
pemain beretnis tionghoa ini semakin terlihat dalam ajang lain seperti Pra
Piala Dunia 1958, Asian Games 1958, Pra Olimpiade 1960 hingga puncaknya
menjuarai ajang Merdeka Games 1961.
Kemunduran Rezim Tionghoa: Dari
Kasus Suap hingga Sentimen Rasial
Hingga
1960an para pemain dari kalangan tionghoa sebenarnya masih berseliweran
meskipun pada saat itu kondisi politik Indonesia sedang terganggu oleh adanya
peraturan pemeintah (PP) yang mengharuskan orang-orang beretnis tionghoa harus
keluar dari Indonesia. Namun runtuhnya rezim tionghoa di cabang olahraga sepak
bola dimulai dengan terseretnya Tanoto dkk dalam kasus suap di Asian Games
1962. Kasus suap ini membuat Tanoto mundur dari sepak bola.
Selain
kasus suap, hilangnya rezim tionghoa di persepakbolaan Indonesia juga
dikarenakan bergantinya rezim pemerintahan dari orde lama ke orde baru.
Pergantian rezim ini ditandai dengan munculnya peristiwa G-30S PKI yang
menyeret orang-orang dari etnis tionghoa yang membuat orang-orang dari etnis
itu menjadi takut dalam melakukan aktivitas di ruang terbuka.
Selain
itu, akibat bergantinya rezim itu berimbas dengan munculnya diskriminasi berupa
ejekan dalam bentuk hinaan. Hal ini yang membuat para penduduk yang berasal
dari etnis tionghoa saat itu memilih untuk tidak mau menjadi pesepakbola.
Latief Tanoto bahkan sempat berujar bahwa ejekan itu sebenarnya sudah hadir
dari saat dirinya bermain , “Ketika kami bermain jelek, kami sering diteriaki
‘Cina, Cina’, dan itu sangat menyakitkan kami.” Ujar Tanoto seperti dikutip BBC
Indonesia.
Selain
tekanan yang berasal dari sosial dan kebijakan pemerintah, cara berpikir orang
tionghoa yang terkenal pragmatis juga menjadi salah satu alasan. Setelah era
Tanoto dkk, orang tionghoa menganggap bahwa sepakbola tidak bisa diandalkan
sebagai sandaran hidup. Hal ini kemudian membuat para orang tua memilih anaknya
untuk meneruskan pendidikan atau berdagang ketimbang menjadi pemain sepak bola.
Kekerasan suporter yang sedang marak pada era 70-80an juga membuat para warga
tionghoa lebih menjadikan sepak bola sebagai hobi ketimbang pekerjaan. Hal ini
berbanding terbalik ketimbang era 60an dulu dimana para etnis tionghoa dapat
bermain sepak bola dengan tenang dan tanpa ancaman.
**
Terlepas
dari beberapa faktor di atas, bisa dikatakan bahwa hilangnya etnis tionghoa
dari persepakbolaan Indonesia juga berperan dalam kemunduran sepak bola
nasional. Di saat Singapura dan Malaysia menjadikan pemain tionghoa sebagai
tulang punggung, Indonesia harus menunggu sangat lama hingga akhirnya muncul
nama Sutanto Tan sebagai pemain etnis tionghoa terbaru. Impian pemain kelahiran
Batam ini tidaklah mudah. Pemain yang sempat bermain di Bali United ini ingin
memberikan prestasi layaknya Tan Liong Houw dan kawan-kawan saat berkostum
garuda.
Diolah dari berbagai sumber
Sumber Gambar : Tribun Bali
depo pulsa terbaru
BalasHapusSutanto bukanlah pemain asing yang sudah malang melintang di persepakbolaan Indonesia
Bandar Togel Terpercaya
BalasHapusSITUS TOGEL TERBAIK
AGEN TOGEL TERBAIK 2021
MBO128 BANDAR TOGEL TERPERCAYA 2021
Masih Bingung untuk cari Situs togel online terpercaya?
Yung langsung gabung di Agen Togel Terpercaya MBO128
Menyediakan permainan Togel dengan pasaran yang lengkap
Untuk pendaftaran bisa langsung Klik link berikut :
https://mbo128.com/togel
Banyak juga permainan lainnya, Langsung daftar melalui link di bawah :
https://mbo128.net/register/FAC48C4A
KONTAK :
WhastApp: 0852-2255-5128
Transaksi bisa dilakukan melalui Via :
• PULSA ( Telkomsel , XL – Axis ) Bisa isi dari Counter / Transfer Pulsa / Alfamart dan Indomaret TANPA POTONGAN PULSA
• BANK ( BCA, Mandiri, BNI, BRI, Danamon, Permata,Semua Bank Nasional dan Daerah )
• E-Money ( OVO, Dana, LinkAja, PayPro, GoPay)
Sbobet merupakan sebuah situs judi bola, dimana Anda bisa mendaftarkan akun di situs-situs agen judi online seperti situs BOLAVITA. Permainan ini masuk kedalam kategori sportsbook, yaitu perjudian memasang pertandingan-pertandingan olahraga yang digelardari berbagai venue diseluruh dunia.
BalasHapusDaftar sekarang juga dan dapatkan BONUS NEW MEMBER 10%
Menerima deposit dari seluruh Bank Di Indonesia, Dan semua uang digital seperti OVO, GOPAY, LINK AJA, DANA, JENIUS DLL.
Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami via livechat ataupun :
✔ WA / TELEGRAM : +6281297392623