Minggu, 17 Januari 2016

On This Month : Kungfu Cantona nan Legendaris

Eric Cantona merupakan satu dari sekian banyak pemain yang pernah dimiliki oleh Manchester United. Banyak yang mengatakan bahwa Cantona adalah kepingan puzzle yang hilang yang membuat United sempat merasakan puasa gelar sejak 1967. Perawakannya yang besar, kuat, pekerja keras ditambah dengan skill olah bola dan kemampuannya mencetak gol membuat pemain yang dijuluki sebagai "The King" ini menjadi sosok kunci bagi The Red Devils. Meskipun memiliki kelebihan dalam olah bola, Cantona sering sekali bermasalah dengan sisi emosinya. Tak jarang dirinya sering sekali diusir oleh wasit akibat perangainya yang keras. Salah satu kontroversi yang pernah dibuat Cantona terjadi pada bulan ini tepatnya 25 Januari 1995.

Jumat, 15 Januari 2016

Lika-liku Dalam Perjalanan aturan Back Pass

Paul Robinson, salah satu korban peraturan Back Pass (Mirror)

Jika ada yang bertanya perihal apa menariknya menyaksikan pertandingan sepakbola di era 70 hingga 80an maka saya akan menjawab dengan satu kata yaitu "Banyak". Banyak sekali hal-hal yang menarik apabila kita menyaksikan pertandingan di zaman Michel Platini dkk tersebut. Dari tatanan rambut yang belum semodern sekarang, gaya kostum yang masih dihiasi dengan celana pendek bin gemes, hingga momen-momen baik yang sensasional maupun kontroversial. Namun, apabila ada yang bertanya apa yang tidak menarik dari sepakbola era 80an maka saya akan menyebut belum adanya hukum "Back Pass" sebagai alasan utama.

Kamis, 14 Januari 2016

Turki dan Dewi Fortuna di Turnamen Besar

Selebrasi Arda Turan setelah pertandingan melawan islandia (Bola.com)

13 September 2015, Stadion Torku Arena di kota Konya Turki bersiap untuk merampungkan pertandingan terakhir kesebelasan Negara Turki yang menjamu pemuncak klasemen saat itu yaitu Islandia dalam pertandingan terakhir kualifikasi Euro 2016. Hingga 89 menit pertandingan berlangsung skor masih imbang 0-0. Sekitar 39.404 penonton yang hadir merasa hasil seri sudah cukup bagi mereka untuk mengamankan satu jatah play off karena pesaing terdekat mereka Belanda sudah dipastikan gagal karena menelan kekalahan 2-3 dari Republik Ceska. Sampai akhirnya wasit Gianluca Rocchi dari Italia meniup peluit tanda pelanggaran yang terjadi di luar kotak pinalti Islandia.

Selcuk Inan bersiap mengambil tendangan bebas tersebut dikarenakan eksekutor utama mereka Hakan Calhanoglu telah digantikan di menit ke72. Tanpa disangka-sangka tendangan Selcuk masuk ke jala gawang Islandia. Penonton pun bergemuruh dengan gol tersebut karena setidaknya mereka dapat memperlebar jarak dengan Belanda dan memastikan satu tiket play off menuju prancis. Mereka kemudian mendapatkan kabar bahwa peringkat buncit saat itu Kazakhstan mampu mengalahkan Latvia 1-0 sehingga menggusur Latvia ke peringkat terakhir. Hal ini membuat poin mereka tidak akan dikurangi dengan Kazakhstan melainkan dengan Latvia sbeagai syarat penentuan posisi peringkat tiga terbaik.

Betapa beruntungnya turki ketika poin 18 yang sudah mereka kantongi hanya dikurangi dua saja dari hasil imbang dua kali ketika berhadapan dengan Latvia. Hal ini membuat anak-anak asuhan fatih Terim berhasil melaju otomatis ke Prancis 2016. Arda Turan bahkan sampai menangis terharu ketika mereka akhirnya berhasil masuk ke turnamen terbesar di eropa tersebut setelah delapan tahun absen.
Kesebelasan turki memang sudah sangat merindukan untuk tampil di turnamen besar. Tercatat mereka melewatkan dua piala dunia dan satu piala eropa setelah terakhir kali mentas di ajang piala eropa 2008 di Austria dan Swiss. Sepanjang sejarahnya pun kesebelasan Turki hanya lima kali mengikuti turnamen besar yaitu dua piala eropa (1954, dan 2002) serta tiga piala eropa (Euro 1996, 2000, dan 2008). Akan tetapi turki selalu menyimpan cerita unik terkait keikutsertaan mereka di ajang hajatan FIFA maupun UEFA. Sangara (Kesebelasan Negara) Turki memiliki kebiasaan suka melakukan come back atau bangkit dari situasi tertinggal serta selalu dinaungi keberuntungan.

Jumat, 08 Januari 2016

Berkenalan Lebih Dekat Dengan Sosok Marko Grujic

Hanya meraih dua kemenangan (masing-masing 1-0) dan mencetak empat gol dari lima pertandingan terakhir, Liverpool memutuskan untuk bergerak cepat  dalam menyikapi hadirnya bursa transfer di bulan Januari ini. Kekurangan sosok pemain kreatif (dimana The Reds sangat bergantung kepada Philipe Coutinho) disinyalir menjadi penyebab Liverpool kesulitan mengembangkan permainannya. Tidak mau kehilangan momen mereka memutuskan untuk merekrut pemuda 19 tahun bernama Marko Grujic.