Kamis, 14 Januari 2016

Turki dan Dewi Fortuna di Turnamen Besar

Selebrasi Arda Turan setelah pertandingan melawan islandia (Bola.com)

13 September 2015, Stadion Torku Arena di kota Konya Turki bersiap untuk merampungkan pertandingan terakhir kesebelasan Negara Turki yang menjamu pemuncak klasemen saat itu yaitu Islandia dalam pertandingan terakhir kualifikasi Euro 2016. Hingga 89 menit pertandingan berlangsung skor masih imbang 0-0. Sekitar 39.404 penonton yang hadir merasa hasil seri sudah cukup bagi mereka untuk mengamankan satu jatah play off karena pesaing terdekat mereka Belanda sudah dipastikan gagal karena menelan kekalahan 2-3 dari Republik Ceska. Sampai akhirnya wasit Gianluca Rocchi dari Italia meniup peluit tanda pelanggaran yang terjadi di luar kotak pinalti Islandia.

Selcuk Inan bersiap mengambil tendangan bebas tersebut dikarenakan eksekutor utama mereka Hakan Calhanoglu telah digantikan di menit ke72. Tanpa disangka-sangka tendangan Selcuk masuk ke jala gawang Islandia. Penonton pun bergemuruh dengan gol tersebut karena setidaknya mereka dapat memperlebar jarak dengan Belanda dan memastikan satu tiket play off menuju prancis. Mereka kemudian mendapatkan kabar bahwa peringkat buncit saat itu Kazakhstan mampu mengalahkan Latvia 1-0 sehingga menggusur Latvia ke peringkat terakhir. Hal ini membuat poin mereka tidak akan dikurangi dengan Kazakhstan melainkan dengan Latvia sbeagai syarat penentuan posisi peringkat tiga terbaik.

Betapa beruntungnya turki ketika poin 18 yang sudah mereka kantongi hanya dikurangi dua saja dari hasil imbang dua kali ketika berhadapan dengan Latvia. Hal ini membuat anak-anak asuhan fatih Terim berhasil melaju otomatis ke Prancis 2016. Arda Turan bahkan sampai menangis terharu ketika mereka akhirnya berhasil masuk ke turnamen terbesar di eropa tersebut setelah delapan tahun absen.
Kesebelasan turki memang sudah sangat merindukan untuk tampil di turnamen besar. Tercatat mereka melewatkan dua piala dunia dan satu piala eropa setelah terakhir kali mentas di ajang piala eropa 2008 di Austria dan Swiss. Sepanjang sejarahnya pun kesebelasan Turki hanya lima kali mengikuti turnamen besar yaitu dua piala eropa (1954, dan 2002) serta tiga piala eropa (Euro 1996, 2000, dan 2008). Akan tetapi turki selalu menyimpan cerita unik terkait keikutsertaan mereka di ajang hajatan FIFA maupun UEFA. Sangara (Kesebelasan Negara) Turki memiliki kebiasaan suka melakukan come back atau bangkit dari situasi tertinggal serta selalu dinaungi keberuntungan.

Pada kualifikasi World Cup 1954 Turki berada satu grup dengan Belanda dan Spanyol. Namun Belanda tiba-tiba menarik diri untuk mundur dari kualifikasi sehingga hanya menyisakan Turki dan spanyol saja di grup 6 dimana mereka akhirnya harus bertanding Home dan Away. Saat bertanding di Madrid Turki kalah 4-1. Turki kemudian membalasnya di Istanbul dengan menang 1-0. Karena saat itu istilah selisih gol belum diperkenalkan maka diadakan pertandingan play off di tempat netral. Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 2-2. Karena belum ada system extra time maupun adu pinalti maka sistem undian pun dilakukan dengan meminta seorang anak bernama Roman untuk mengambil bola undian dengan mata tertutup. Emang dasar beruntung, nama turki lah yang muncul mewakili grup 6 sebagai perwakilan eropa ke world cup 1954. Saat turnamen final, kesebelasan asuhan Sandro puppo ini dikalahkan telak oleh Jerman 4-1, sebelum akhirnya mereka bangkit ketika membantai Korea Selatan 7-0. Sayangnya ketika melawan jerman dalam babak play off (karena memiliki nilai yang sama) mereka dibantai 7-2 sehingga mereka harus tersingkir dari turnamen.

Setelah menunggu selama 48 tahun, Turki kembali ikut serta di piala dunia yang saat itu diadakan di Korea Selatan dan Jepang. Turki berada satu grup dengan Brazil, Kosta Rika, dan China. Pada dua pertandingan pertama banyak yang memprediksi langkah Turki akan gugur di fase grup. Mereka takluk 1-3 dari Brazil (ditandai denga acting Rivaldo) dan hanya mamp bermain imbang 1-1 melawan Kosta Rika membuat langkah Turki diujung tanduk. Pada pertandingan terakhir grup melawan China Turki menang dengan skor 3-0. Dan lagi-lagi turki merasa beruntung karena di tempat lain Brazil membantai Kosta rika dengan 5-2 sehingga membuat selisih gol mereka lebih baik. Turki pun lolos hingga meraih juara tiga yang menjadi prestasi tertinggi persepakbolaan Turki.

Jika kita berbicara kiprah Turki di piala eropa, mungkin piala eropa 2008 menjadi comeback dari segala comeback yang pernah terjadi baik di persepakbolaan dunia maupun di persepakbolaan turki sendiri. Berada satu grup dengan Portugal, tuan rumah Swiss, dan Republik Ceska langkah turki sangat sulit karena di pertandingan pertama dikalahkan Portugal 2-0 lewat gol Pepe dan Raul Meireles. Turki semakin diujung tanduk ketika Hakan Yakin sudah membawa Swiss unggul sebelum Semih Senturk menyamakan kedudukan di menit ke 57. Hasil seri yang sudah di depan mata sirna ketika tendangan Arda turan membobol gawang Diego benaglio di menit 90+2. Gol tersebut terasa menyakitkan bagi Swiss sampai-sampai pelatih mereka Jakob Kuhn terdiam karena timnya harus tersingkir secara menyakitkan.

Ketika melawan Rep Ceska, Turki sudah tertinggal dua gol melalui kepala Jan Koller dan Jaroslav Plasil. Namun Turki menolak untuk menyerah. Dalam waktu 15 menit turki mencetak tiga gol melalui tendangan Arda Turan, dan dua gol dari Nihat Kahveci. Dua gol dari striker yang saat itu bermain di Villareal terasa spesial karena lahir di menit ke 85 dan 87 sehingga secara dramatis Turki lolos ke perempat final untuk melawan Kroasia sekaligus menyingkirkan tim asuhan Karel Brueckner.
Gol Nihat Kahveci saat melawan Rep Ceska (nytimes.com)

Ernst Happel stadium di kota Wina Austria menjadi saksi pertandingan menegangkan antara kedua kesebelasan. Skor 0-0 selama 90 menit memaksa pertandingan dilanjutkan ke babak extra time. Dan momen comeback paling membuat penggemar sepakbola menjadi tidak percaya justru hadir di menit ke 119. Dalam sebuah proses serangan, umpan silang Ivan Rakitic berhasil ditanduk oleh Ivan Klasnic yang membuat Kroasia unggul 1-0. Gol yang terjadi pada satu menit menjelang usai pertandingan mungkin dianggap tidak bisa lagi dikejar oleh lawannya. Hal ini terbukti setelah terjadinya gol, Slaven Bilic berlari sambil membentangkan tangannya karena sudah merasa memegang tiket semifinal.

Namun, Turki hanya membutuhkan satu menit saja untuk mengubah situasi. Dalam sebuah tendangan bebas dari lini pertahanan Turki, Rustu Recber mengangkat bola sampai ke kotak pinalti Kroasia hingga menciptakan kemelut. Dalam situasi tersebut tiba-tiba Semih Senturk menendang bola ke gawang Stipe Pletikosa untuk mengubah skor menjadi 1-1. Slaven Bilic terdiam, ganti Fatih Terim memeluk anak-anak asuhannya sambil mengangkat tangannya keatas. Skor tersebut membawa pertandingan ke babak adu pinalti. Dan pada babak adu pinalti tersebut, Rustu Recber yang menggantikan kiper utama Volkan Demirel mementahkan tiga dari empat eksekutor Kroasia termasuk Ivan Rakitic dan Luka Modric. Turki menang 3-1 sebelum dikalahkan Jerman di semifinal.

Aksi Rustu Recber ketika menahan pinalti Mladen Petric. (Zimbio.Com)


Embel-embel The Comeback Kings kemudian diberikan oleh Richard Williams seorang wartawan The Guardian dalam kolomnya saat meliput Turki di ajang euro 2008. Hal ini dikarenakan Turki melakukan aksi comeback paling spektakuler ketika mealwan Republik Ceska dan Kroasia. Pertanyaan berikutnya adalah apakah dewi fortuna sekaligus titel The Comeback Kings masih berlaku bagi Turki di Euro 2016 nanti? Namun jika melihat kedalaman skuad yang diisi nama-nama beken macam Arda Turan dan Hakan Calhanoglu serta kemampuan Fatih Terim dalam meracik strategi, bukan tidak mungkin Turki kembali berbicara banyak di Euro 2016 nanti sembari berharap dewi fortuna kembali datang kepada mereka.

Sumber : The Guardian, BBC
Sumber Gambar : Bola.com, Nytimes.com, Zimbio.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar