Selebrasi Arda Turan setelah pertandingan melawan islandia (Bola.com)
13
September 2015, Stadion Torku Arena di kota Konya Turki bersiap untuk
merampungkan pertandingan terakhir kesebelasan Negara Turki yang menjamu
pemuncak klasemen saat itu yaitu Islandia dalam pertandingan terakhir
kualifikasi Euro 2016. Hingga 89 menit pertandingan berlangsung skor masih
imbang 0-0. Sekitar 39.404 penonton yang hadir merasa hasil seri sudah cukup
bagi mereka untuk mengamankan satu jatah play off karena pesaing terdekat
mereka Belanda sudah dipastikan gagal karena menelan kekalahan 2-3 dari
Republik Ceska. Sampai akhirnya wasit Gianluca Rocchi dari Italia meniup peluit
tanda pelanggaran yang terjadi di luar kotak pinalti Islandia.
Selcuk
Inan bersiap mengambil tendangan bebas tersebut dikarenakan eksekutor utama
mereka Hakan Calhanoglu telah digantikan di menit ke72. Tanpa disangka-sangka
tendangan Selcuk masuk ke jala gawang Islandia. Penonton pun bergemuruh dengan
gol tersebut karena setidaknya mereka dapat memperlebar jarak dengan Belanda
dan memastikan satu tiket play off menuju prancis. Mereka kemudian mendapatkan
kabar bahwa peringkat buncit saat itu Kazakhstan mampu mengalahkan Latvia 1-0
sehingga menggusur Latvia ke peringkat terakhir. Hal ini membuat poin mereka
tidak akan dikurangi dengan Kazakhstan melainkan dengan Latvia sbeagai syarat
penentuan posisi peringkat tiga terbaik.
Betapa
beruntungnya turki ketika poin 18 yang sudah mereka kantongi hanya dikurangi
dua saja dari hasil imbang dua kali ketika berhadapan dengan Latvia. Hal ini
membuat anak-anak asuhan fatih Terim berhasil melaju otomatis ke Prancis 2016.
Arda Turan bahkan sampai menangis terharu ketika mereka akhirnya berhasil masuk
ke turnamen terbesar di eropa tersebut setelah delapan tahun absen.
Kesebelasan
turki memang sudah sangat merindukan untuk tampil di turnamen besar. Tercatat
mereka melewatkan dua piala dunia dan satu piala eropa setelah terakhir kali
mentas di ajang piala eropa 2008 di Austria dan Swiss. Sepanjang sejarahnya pun
kesebelasan Turki hanya lima kali mengikuti turnamen besar yaitu dua piala
eropa (1954, dan 2002) serta tiga piala eropa (Euro 1996, 2000, dan 2008). Akan
tetapi turki selalu menyimpan cerita unik terkait keikutsertaan mereka di ajang
hajatan FIFA maupun UEFA. Sangara (Kesebelasan Negara) Turki memiliki kebiasaan suka melakukan come
back atau bangkit dari situasi tertinggal serta selalu dinaungi
keberuntungan.
Pada
kualifikasi World Cup 1954 Turki berada satu grup dengan Belanda dan Spanyol.
Namun Belanda tiba-tiba menarik diri untuk mundur dari kualifikasi sehingga
hanya menyisakan Turki dan spanyol saja di grup 6 dimana mereka akhirnya harus
bertanding Home dan Away. Saat bertanding di Madrid Turki kalah 4-1. Turki
kemudian membalasnya di Istanbul dengan menang 1-0. Karena saat itu istilah
selisih gol belum diperkenalkan maka diadakan pertandingan play off di tempat
netral. Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 2-2. Karena belum ada system
extra time maupun adu pinalti maka sistem undian pun dilakukan dengan meminta
seorang anak bernama Roman untuk mengambil bola undian dengan mata tertutup.
Emang dasar beruntung, nama turki lah yang muncul mewakili grup 6 sebagai
perwakilan eropa ke world cup 1954. Saat turnamen final, kesebelasan asuhan
Sandro puppo ini dikalahkan telak oleh Jerman 4-1, sebelum akhirnya mereka
bangkit ketika membantai Korea Selatan 7-0. Sayangnya ketika melawan jerman
dalam babak play off (karena memiliki nilai yang sama) mereka dibantai 7-2
sehingga mereka harus tersingkir dari turnamen.
Setelah
menunggu selama 48 tahun, Turki kembali ikut serta di piala dunia yang saat itu
diadakan di Korea Selatan dan Jepang. Turki berada satu grup dengan Brazil,
Kosta Rika, dan China. Pada dua pertandingan pertama banyak yang memprediksi
langkah Turki akan gugur di fase grup. Mereka takluk 1-3 dari Brazil (ditandai
denga acting Rivaldo) dan hanya mamp bermain imbang 1-1 melawan Kosta Rika
membuat langkah Turki diujung tanduk. Pada pertandingan terakhir grup melawan
China Turki menang dengan skor 3-0. Dan lagi-lagi turki merasa beruntung karena
di tempat lain Brazil membantai Kosta rika dengan 5-2 sehingga membuat selisih
gol mereka lebih baik. Turki pun lolos hingga meraih juara tiga yang menjadi
prestasi tertinggi persepakbolaan Turki.
Jika
kita berbicara kiprah Turki di piala eropa, mungkin piala eropa 2008 menjadi
comeback dari segala comeback yang pernah terjadi baik di persepakbolaan dunia
maupun di persepakbolaan turki sendiri. Berada satu grup dengan Portugal, tuan
rumah Swiss, dan Republik Ceska langkah turki sangat sulit karena di pertandingan
pertama dikalahkan Portugal 2-0 lewat gol Pepe dan Raul Meireles. Turki semakin
diujung tanduk ketika Hakan Yakin sudah membawa Swiss unggul sebelum Semih
Senturk menyamakan kedudukan di menit ke 57. Hasil seri yang sudah di depan
mata sirna ketika tendangan Arda turan membobol gawang Diego benaglio di menit
90+2. Gol tersebut terasa menyakitkan bagi Swiss sampai-sampai pelatih mereka
Jakob Kuhn terdiam karena timnya harus tersingkir secara menyakitkan.
Ketika
melawan Rep Ceska, Turki sudah tertinggal dua gol melalui kepala Jan Koller dan
Jaroslav Plasil. Namun Turki menolak untuk menyerah. Dalam waktu 15 menit turki
mencetak tiga gol melalui tendangan Arda Turan, dan dua gol dari Nihat Kahveci.
Dua gol dari striker yang saat itu bermain di Villareal terasa spesial karena
lahir di menit ke 85 dan 87 sehingga secara dramatis Turki lolos ke perempat
final untuk melawan Kroasia sekaligus menyingkirkan tim asuhan Karel Brueckner.
Gol Nihat Kahveci saat melawan Rep Ceska (nytimes.com)
Ernst
Happel stadium di kota Wina Austria menjadi saksi pertandingan menegangkan
antara kedua kesebelasan. Skor 0-0 selama 90 menit memaksa pertandingan
dilanjutkan ke babak extra time. Dan momen comeback paling membuat penggemar
sepakbola menjadi tidak percaya justru hadir di menit ke 119. Dalam sebuah
proses serangan, umpan silang Ivan Rakitic berhasil ditanduk oleh Ivan Klasnic
yang membuat Kroasia unggul 1-0. Gol yang terjadi pada satu menit menjelang
usai pertandingan mungkin dianggap tidak bisa lagi dikejar oleh lawannya. Hal
ini terbukti setelah terjadinya gol, Slaven Bilic berlari sambil membentangkan
tangannya karena sudah merasa memegang tiket semifinal.
Namun,
Turki hanya membutuhkan satu menit saja untuk mengubah situasi. Dalam sebuah
tendangan bebas dari lini pertahanan Turki, Rustu Recber mengangkat bola sampai
ke kotak pinalti Kroasia hingga menciptakan kemelut. Dalam situasi tersebut
tiba-tiba Semih Senturk menendang bola ke gawang Stipe Pletikosa untuk mengubah
skor menjadi 1-1. Slaven Bilic terdiam, ganti Fatih Terim memeluk anak-anak
asuhannya sambil mengangkat tangannya keatas. Skor tersebut membawa
pertandingan ke babak adu pinalti. Dan pada babak adu pinalti tersebut, Rustu
Recber yang menggantikan kiper utama Volkan Demirel mementahkan tiga dari empat
eksekutor Kroasia termasuk Ivan Rakitic dan Luka Modric. Turki menang 3-1
sebelum dikalahkan Jerman di semifinal.
Aksi Rustu Recber ketika menahan pinalti Mladen Petric. (Zimbio.Com)
Embel-embel
The Comeback Kings kemudian diberikan
oleh Richard Williams seorang wartawan The
Guardian dalam kolomnya saat meliput Turki di ajang euro 2008. Hal ini
dikarenakan Turki melakukan aksi comeback paling spektakuler ketika mealwan
Republik Ceska dan Kroasia. Pertanyaan berikutnya adalah apakah dewi fortuna
sekaligus titel The Comeback Kings
masih berlaku bagi Turki di Euro 2016 nanti? Namun jika melihat kedalaman skuad yang diisi nama-nama beken macam Arda Turan dan Hakan Calhanoglu serta kemampuan Fatih Terim dalam meracik strategi, bukan tidak mungkin Turki
kembali berbicara banyak di Euro 2016 nanti sembari berharap dewi fortuna kembali datang kepada mereka.
Sumber : The Guardian, BBC
Sumber Gambar : Bola.com, Nytimes.com, Zimbio.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar