Lika-liku Dalam Perjalanan aturan Back Pass

Paul Robinson, salah satu korban peraturan Back Pass (Mirror)

Jika ada yang bertanya perihal apa menariknya menyaksikan pertandingan sepakbola di era 70 hingga 80an maka saya akan menjawab dengan satu kata yaitu "Banyak". Banyak sekali hal-hal yang menarik apabila kita menyaksikan pertandingan di zaman Michel Platini dkk tersebut. Dari tatanan rambut yang belum semodern sekarang, gaya kostum yang masih dihiasi dengan celana pendek bin gemes, hingga momen-momen baik yang sensasional maupun kontroversial. Namun, apabila ada yang bertanya apa yang tidak menarik dari sepakbola era 80an maka saya akan menyebut belum adanya hukum "Back Pass" sebagai alasan utama.

Pada era sebelumnya, seorang kiper diperbolehkan menangkap bola hasil operan kaki rekan setimnya. Taktik itu bertujuan untuk melepaskan diri dari tekanan penyerang lawan yang ingin merebut bola. Namun taktik ini juga sering disalah gunakan oleh para penjaga gawang untuk mengulur-ngulur waktu.

Piala dunia 1990 bisa dikatakan sebagai adanya wacana untuk membentuk peraturan Back Pass. Saat pertandingan antara Republik Irlandia melawan Mesir, kiper dari Irlandia yaitu Packie Bonner memainkan bola di wilayahnya sendiri selama enam menit demi mempertahankan hasil imbang 0-0. Saat striker Mesir mencoba merebut bola dari lini belakang Irlandia, mereka langsung buru-buru memberikan bola tersebut kearah Bonner agar bisa ditangkap. Permainan membosankan tersebut sampai-sampai membuat Eamon Dunphy membanting penanya ke layar televisi saat bertugas menjadi komentator.

Apa yang terjadi di stadion La Favorita di Palermo tersebut membuat FIFA bersama Dewan Asosiasi Sepakbola Internasional mengubah peraturan pertandingan mengenai Back Pass. Pada musim 1992-1993 seorang kiper dilarang menangkap bola yang secara sengaja menangkap bola yang dioper memakai kaki oleh rekan setimnya. Seorang kiper juga tidak diperbolehkan menangkap lagi bola yang sudah ditaruh di lapangan. Jika melanggar, hukuman tendangan bebas tidak langsung akan didapat kubu lawan.

Bahkan kiper sepontensial bernd Leno pun pernah menjadi korban (Fox Sports)

Peraturan tersebut kemudian memperoleh pujian dari banyak pihak. Pelatih Italia di piala dunia 1990, Azeglio Vicini mengaku sebagai penggagas adanya peraturan tersebut. 

"Saya yang menggagas peraturan itu pada konferensi UEFA beberapa tahun lalu. Kalau kepepet, tim yang (merasa) lemah akan memakai strategi mengembalikan bola ke penjaga gawang agar merasa aman." 

Apa yang dikatakan oleh Vicini pun mendapat dukungan dari Arrigo Sacchi. Arsitek Ac Milan dpada akhir 1980-an hingga 1990-an tersebut mengatakan bahwa peraturan ini membuat sepak bola menjadi olahraga yang lebih enak untuk ditonton. Sacchi juga menambahkan bahwa sebelum adanya peraturan ini pertandingan sepak bola hanya berjalan efektif hanya dalam 50 menit saja karena sisanya akan dihabiskan oleh saling oper antara pemain belakang dan kiper atau sebaliknya.

Akan tetapi, tidak sedikit pula yang mencibir peraturan ini. Mantan kiper Prancis, Bernard Lama pun menjadi sosok yang saat itu sangat menentang keputusan ini. Lama menambahkan bahwa peraturan tersebut membuat sosok kiper menjadi sangat tidak dianggap.

"Seolah selama 20 tahun terakhir ini saya tidak dianggap sebagai kiper. Mereka ingin merubah kami menjadi orang lain. Yang dibutuhkan untuk saat ini bukanlah peraturan melainkan teknik bermain yang lebih tinggi agar pemain bisa menaklukkan kiper."

Legenda Juventus, Omar sivori saat itu empat berbicara dengan nada kesal mengenai peraturan Back Pass tersebut. Pada bulan Oktober 1992, sivori sempat mengatakan jika gol menjadi parameter suatu pertandingan sepakbola, maka lebih baik hilangkan saja peran pemain bertahan. Bahkan gianluigi Buffon pada 1997 mengatakan bahwa peraturan itu justru menghilangkan lahirnya kiper-kiper yang eksentrik nan gila macam Rene Higuita.

Banyak yang mempertanyakan argumen dari sivori maupun Buffon ini sebagai alasan bahwa dirinya takut sepakbola Italia kehilangan identitasnya yang terkenal sebagai pemilik pertahanan gerendel bin frustasi itu.

Klaim larangan Back Pass yang dapat menurunkan jumlah gol pun seperti tidak terbukti. Musim 1992-93, selepas regulasi tersebut disahkan, Premier League mencatatakan rata-rata 2,65 go; per pertandingan. Lebih baik dibanding musim sebelumnya yang hanya 2,52 gol per laga. Begitu pula yang terjadi di Serie A (2,80 sebelumnya 2,21), Bundesliga (2,88 sebelumnya 2,55), La Liga (2,51 sebelumnya 2,40). Pada dua ajang piala dunia setelah 1990 pun perolehan gol justru diatas 2,5 gol per laga yaitu 2,71 gol di Amerika Serikat 1994 dan 2,67 di Prancis 1998.

Meskipun saat itu banyak yang menyayangkan adanya keputusan tersebut, namun ada baiknya kita berterima kasih atas kehadiran dari peraturan Back Pass ini. Peraturan yang dikatakan oleh Bernard Lama akan membuat peran penjaga gawang semakin kecil pun seakan-akan tidak terjadi. Salah satu bukti adalah Rogerio Ceni yang mampu mencetak lebih dari 100 gol meskipun berposisi sebagai penjaga gawang. Contoh lain adalah mulai munculnya peran kiper yang sering bertransformasi sebagai Sweeper layaknya Manuel Neuer. Selain itu, peran produsen apparel macam Nike dan Adidas yang dapat membuat bola menjadi lebih ringan, mudah berputar, dan sulit ditebak arahnya pun menjadi salah satu faktor yang membuat beberapa kiper mampu menerima peraturan Back Pass tersebut.

Sumber : fourfourtwo, football-bible.com

Sumber Gambar : Mirror, Fox Sports