Rabu, 27 April 2016

Sejarah Etnis Tionghoa Dalam Persepakbolaan Indonesia

Ada pemandangan menarik dalam lanjutan pertandingan Piala Bhayangkara 2016 antara Mitra Kukar melawan Borneo Fc Beberapa Bulan Yang lalu. Dalam susunan pemain Mitra Kukar yang diturunkan oleh pelatih Subangkit terdapat nama Sutanto Tan. Sekilas tidak ada yang menarik dari pemain bernomor punggung 88 tersebut.

Sutanto bukanlah pemain asing yang sudah malang melintang di persepakbolaan Indonesia. Namanya pun belum sementereng pemain lokal lain macam Ponaryo Astaman atau Hendra Adi Bayaw. Sutanto hanyalah pemain sepak bola yang berasal dari etnis tionghoa. Yang membuat istimewa adalah Sutanto bisa dibilang sebagai pemain sepakbola pertama yang berasal dari etnis tionghoa di era sepak bola modern ini.

Apakah sebelum Sutanto Tan tidak ada pemain Indonesia yang berasal dari etnis tionghoa? Jawabannya tentu saja ada tapi sudah lama sekali. Almarhum ronny Pattinasarani pernah berucap bahwa pesepakbola etnis tionghoa tak punya penerus sejak terakhir kali era Mulyadi dan surya Lesmana. Lantas bagaimana awal mula etnis tionghoa bisa berpengaruh dalam persepakbolaan Indonesia?

Berawal dari POR hingga menuju Prancis

Sepak bola bukan hanya soal tendang menendang bola. Sepak bola pun dapat dijadikan sebagai alat untuk mengekspresikan diri bagi suatu identitas bahkan etnis sekalipun. Hal ini pun terjadi di persepak bolaan Indonesia dimana orang-orang tionghoa menjadikan olahraga tersebut sebagai alat untuk menunjukkan bahwa mereka tidak kalah dengan orang-orang Belanda pada zaman kolonial. Berbekal pendidikan tinggi dan modal ekonomi yang terhitung mampu, para etnis tionghoa tersebut kemudian mendirikan beberapa perkumpulan olahraga (POR) termasuk sepak bola.

Dalam perjalanannya POR tersebut kemudian lebih dikenal sebagai klub sepakbola. Tunas Jaya, Maesa, Suryanaga, dan UMS (Union Makes Sternght) adalah beberapa klub sepakbola yang berasal dari POR. Klub-klub inilah yang kemudian merajai jagad sepak bola Hindia Belanda. Bahkan tim-tim sepak bola tionghoa saat itu lebih baik ketimbang tim sepak bola yang didirikan oleh orang Belanda bahkan orang pribumi itu sendiri. Puncak dari keberhasilan klub-klub sepak bola tionghoa ini adalah hadirnya beberapa pemain etnis tionghoa dalam skuad piala dunia 1938 di Prancis.

Dalam skuad yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, para etnis tionghoa sudah mengisi skuad tersebut. Nama-nama macam Tang Hong Djien, Bin Mo Heng, dan Tan See Hanbahkan sudah dijadikan pemain inti bagi kesebelasan yang saat itu dilatih oleh Johaness Mastenbroek itu. Sayang Hindia Belanda dihancurkan oleh Hungaria dengan skor 0-6.

Kedekatan Dengan Poros Politik Hingga Menahan Imbang Uni Soviet

Selepas turnamen di Prancis tersebut, kehadiran etnis tionghoa dalam persepakbolaan Indonesia pun semakin penting. Selain kesadaran dari etnis tionghoa yang menjadikan sepakbola sebagai kurikulum dalam kehidupan berolahraga mereka, ada satu hal lagi yang membuat saat itu etnis tionghoa begitu kental dengan persepakbolaan Indonesia yaitu soal kedekatan pemimpin Indonesia saat itu yaitu Ir Soekarno dengan negara-negara berpaham komunis seperti Uni Soviet dan Cina. Bahkan sepak bola menjadi alat alat untuk menjalin hubungan bilateral dengan kedua negara tersebut.

Pada rezim tersebut, muncul nama-nama seperti Tan Liong Houw,, Harry Tjong, Lie Kang An, Thio Him Tjiang, Kwee Kiat Sek, dan Beng Ing Hian yang kemudian menjadi pilar kesebelasan Indonesia yang saat itu akan berjuang di Olimpiade Melbourne 1956. Namun, di tahun tersebut banyak kalangan yang menilai bahwa orang tionghoa saat itu sudah tidak nasionalis lagi dalam bermain sepak bola.

Rasa skeptis ini muncul karena pada saat itu Indonesia dua kali bertemu tiongkok pada kualifikasi olimpiade 1956 dan kualifikasi piala dunia 1958. Orang-orang  saat itu merasa mereka semua akan mengalah apabila bertemu dengan engara leluhurnya tersebut. Akan tetapi, hal tersebut dibantah oleh Tan Liong Houw.

“Kami siap mati di lapangan demi Indonesia lewat sepak bola. Jangan tanyakan masalah nasionalisme orang-orang tionghoa.” Tutur Tan Liong Houw yang memiliki nama Indonesia Latief Tanoto itu. Ucapan itu kemudian didukung oleh wartawan senior Sumohadi Marsis yang mengatakan bahwa orang-orang tionghoa pada zaman itu memang benar-benar bermain sepenuh hati.

Apa yang diucapkan oleh wartawan senior Kompas itu memang benar adanya. Dua pertandingan melawan tiongkok tersebut berhasil dilewati Indonesia dengan kemenangan dimana salah satunya membawa Indonesia berlaga di Olimpiade 1956 Melbourne. Dalam lanjutan Olimpiade ke 16 tersebut Indonesia bahkan mampu lolos hingga babak perempat final dan menantang Uni Soviet. Dalam pertandingan tersebut Latief Tanoto dkk mampu menahan imbang Uni Soviet yang saat itu memiliki Lev Yashin sebagai penjaga gawang. Tanoto bahkan bermain hingga berdarah-darah dan kaus kakinya robek karena berkali-kali termakan permainan keras lawan.

Eksistensi pemain beretnis tionghoa ini semakin terlihat dalam ajang lain seperti Pra Piala Dunia 1958, Asian Games 1958, Pra Olimpiade 1960 hingga puncaknya menjuarai ajang Merdeka Games 1961.

Kemunduran Rezim Tionghoa: Dari Kasus Suap hingga Sentimen Rasial

Hingga 1960an para pemain dari kalangan tionghoa sebenarnya masih berseliweran meskipun pada saat itu kondisi politik Indonesia sedang terganggu oleh adanya peraturan pemeintah (PP) yang mengharuskan orang-orang beretnis tionghoa harus keluar dari Indonesia. Namun runtuhnya rezim tionghoa di cabang olahraga sepak bola dimulai dengan terseretnya Tanoto dkk dalam kasus suap di Asian Games 1962. Kasus suap ini membuat Tanoto mundur dari sepak bola.

Selain kasus suap, hilangnya rezim tionghoa di persepakbolaan Indonesia juga dikarenakan bergantinya rezim pemerintahan dari orde lama ke orde baru. Pergantian rezim ini ditandai dengan munculnya peristiwa G-30S PKI yang menyeret orang-orang dari etnis tionghoa yang membuat orang-orang dari etnis itu menjadi takut dalam melakukan aktivitas di ruang terbuka.

Selain itu, akibat bergantinya rezim itu berimbas dengan munculnya diskriminasi berupa ejekan dalam bentuk hinaan. Hal ini yang membuat para penduduk yang berasal dari etnis tionghoa saat itu memilih untuk tidak mau menjadi pesepakbola. Latief Tanoto bahkan sempat berujar bahwa ejekan itu sebenarnya sudah hadir dari saat dirinya bermain , “Ketika kami bermain jelek, kami sering diteriaki ‘Cina, Cina’, dan itu sangat menyakitkan kami.” Ujar Tanoto seperti dikutip BBC Indonesia.

Selain tekanan yang berasal dari sosial dan kebijakan pemerintah, cara berpikir orang tionghoa yang terkenal pragmatis juga menjadi salah satu alasan. Setelah era Tanoto dkk, orang tionghoa menganggap bahwa sepakbola tidak bisa diandalkan sebagai sandaran hidup. Hal ini kemudian membuat para orang tua memilih anaknya untuk meneruskan pendidikan atau berdagang ketimbang menjadi pemain sepak bola. Kekerasan suporter yang sedang marak pada era 70-80an juga membuat para warga tionghoa lebih menjadikan sepak bola sebagai hobi ketimbang pekerjaan. Hal ini berbanding terbalik ketimbang era 60an dulu dimana para etnis tionghoa dapat bermain sepak bola dengan tenang dan tanpa ancaman.

**
Terlepas dari beberapa faktor di atas, bisa dikatakan bahwa hilangnya etnis tionghoa dari persepakbolaan Indonesia juga berperan dalam kemunduran sepak bola nasional. Di saat Singapura dan Malaysia menjadikan pemain tionghoa sebagai tulang punggung, Indonesia harus menunggu sangat lama hingga akhirnya muncul nama Sutanto Tan sebagai pemain etnis tionghoa terbaru. Impian pemain kelahiran Batam ini tidaklah mudah. Pemain yang sempat bermain di Bali United ini ingin memberikan prestasi layaknya Tan Liong Houw dan kawan-kawan saat berkostum garuda.

Diolah dari berbagai sumber

Sumber Gambar : Tribun Bali

3 komentar:

  1. depo pulsa terbaru
    Sutanto bukanlah pemain asing yang sudah malang melintang di persepakbolaan Indonesia

    BalasHapus
  2. Bandar Togel Terpercaya
    SITUS TOGEL TERBAIK
    AGEN TOGEL TERBAIK 2021

    MBO128 BANDAR TOGEL TERPERCAYA 2021

    Masih Bingung untuk cari Situs togel online terpercaya?
    Yung langsung gabung di Agen Togel Terpercaya MBO128
    Menyediakan permainan Togel dengan pasaran yang lengkap

    Untuk pendaftaran bisa langsung Klik link berikut :
    https://mbo128.com/togel

    Banyak juga permainan lainnya, Langsung daftar melalui link di bawah :
    https://mbo128.net/register/FAC48C4A

    KONTAK :
    WhastApp: 0852-2255-5128

    Transaksi bisa dilakukan melalui Via :
    • PULSA ( Telkomsel , XL – Axis ) Bisa isi dari Counter / Transfer Pulsa / Alfamart dan Indomaret TANPA POTONGAN PULSA
    • BANK ( BCA, Mandiri, BNI, BRI, Danamon, Permata,Semua Bank Nasional dan Daerah )
    • E-Money ( OVO, Dana, LinkAja, PayPro, GoPay)

    BalasHapus
  3. Sbobet merupakan sebuah situs judi bola, dimana Anda bisa mendaftarkan akun di situs-situs agen judi online seperti situs BOLAVITA. Permainan ini masuk kedalam kategori sportsbook, yaitu perjudian memasang pertandingan-pertandingan olahraga yang digelardari berbagai venue diseluruh dunia.

    Daftar sekarang juga dan dapatkan BONUS NEW MEMBER 10%

    Menerima deposit dari seluruh Bank Di Indonesia, Dan semua uang digital seperti OVO, GOPAY, LINK AJA, DANA, JENIUS DLL.

    Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami via livechat ataupun :
    ✔ WA / TELEGRAM : +6281297392623

    BalasHapus